MEMILIKI HIDUP YANG BERKEMENANGAN

Hari ini kepada kita akan dibagikan sesuatu yang akan memberkati kita dan membantu kita untuk mengerti bagian-bagian yang lain dari Alkitab kita. Banyak orang Kristen yang bingung waktu mereka membaca Alkitab, mereka tidak mengerti, karena mereka campur aduk dan pukul rata.

Waktu mereka membaca perjanjian lama, waktu Tuhan menghukum bangsa Israel, mengutuk bangsa Israel, banyak orang Kristen yang ketakutan, kenapa? Karena mereka campur aduk dan pukul rata, mereka tidak dapat membedakan bagian-bagian Alkitab, mana perjanjian lama, mana perjanjian baru, mana bagian hukum Taurat dan mana bagian kasih karunia.

Beberapa orang Kristen ada yang berpendapat kalau kita membeda-bedakan antara hukum Taurat dan kasih karunia artinya kita tidak memprioritaskan perjanjian lama. Ini tidak benar, sampai hari ini kita masih tetap membaca perjanjian lama, kita masih tetap mendengarkan khotbah dari perjanjian lama. Tetapi kita tidak kembali kepada hukum Taurat.

Kalau begitu bagaimana caranya kita membaca Alkitab terutama perjanjian lama? Setelah Yesus bangkit dari kematian, Yesus menampakkan diri kepada dua orang murid-Nya yang sedang dalam perjalanan ke Emaus. Kedua orang murid ini sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran tentang apa yang terjadi dengan Yesus. Kemudian apa yang Yesus katakan kepada mereka?

Lukas 24: 25-27: 25Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! 26Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” 27Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Di sini dikatakan, “Lalu Ia, Yesus, menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia, tentang Yesus, dalam seluruh kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa, Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, Ulangan dan kitab nabi-nabi. Ini semua terdapat di dalam perjanjian lama.

Bagaimana Yesus mengajarkan dan menjelaskan perjanjian lama? Yesus mengajar dan menjelaskan perjanjian lama dengan cara menjelaskan apa yang tertulis tentang diri-Nya. Sekalipun di dalam hukum Taurat, Yesus menjelaskan tentang diri-Nya. Jadi kalau kita baca perjanjian lama, kita harus bisa melihat Yesus di dalamnya.

Itu sebabnya kita akan sama-sama belajar bagaimana memisah-misahkan ketika kita membaca Alkitab. 2 Timotius 2:14-15: 14Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya. 15Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. Di sini dikatakan usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. Kata ‘usahakanlah’ di sini terjemahannya adalah spoudazo, yang artinya study, belajar, kalau kita mau menjadi seorang pengajar, pengkhotbah, penginjil, belajar. Kata ‘berterus terang’ di sini terjemahannya adalah orthotomeo, rightly dividing memisahkan dengan benar. Study rightly dividing the truth, belajar memisahkan firman Tuhan dengan benar.

Martin Luther berkata, “Orang yang tidak tahu membedakan antara hukum Taurat dan kasih karunia adalah seorang Teolog yang sesungguhnya. Ini Martin Luther yang mengatakan: hukum Taurat untuk orang yang sombong, sedangan kasih karunia untuk orang yang hancur hati. Martin Luther memisahkan dan membedakan antara hukum Taurat dan kasih karunia, dan Martin Luther melakukan reformasi yang besar.

Jadi perbedaannya hanya terletak di perjanjian lama dan perjanjian baru, hukum Taurat dan kasih karunia. Kalau kita tidak belajar dan tidak tahu bagaimana membedakan firman Tuhan dengan benar, pukul rata, campur aduk, waktu kita mengajar, menginjil, berkhotbah maka kita dapat mengacaukan orang yang mendengarnya.

Jadi perbedaannya terletak pada perjanjian lama dan perjanjian baru, perbedaannya terletak pada hukum Taurat dan kasih karunia. jangan dicampur aduk, kalau dicampur aduk, maka kita akan bingung. Itu sebabnya kita harus belajar memisahkan dengan benar antara perjanjian lama dan perjanjian baru, antara hukum Taurat dan kasih karunia.

Hukum Taurat bukan untuk orang benar, 1 Timotius 1:8-11: 8Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, 9yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, 10bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat 11yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku. Di sini dikatakan hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah untuk orang yang benar. Siapa yang dimaksud dengan orang yang benar di sini? Orang yang dibenarkan karena iman. Hukum Taurat bukan untuk orang yang dibenarkan karena iman.

Hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan. Tetapi hukum Taurat tidak bisa mengubah hati seseorang, orang bisa tidak begini tidak begitu, tetapi hatinya belum tentu. Hanya kasih karunia yang bisa mengubah hati seseorang, kasih karunia mengubah seseorang dari dalam ke luar.

Jadi dengan kata lain hukum Taurat diperlukan untuk orang berdosa supaya orang berdosa tahu bahwa dia orang berdosa. Tetapi sekarang masalahnya Gereja memberikan hukum Taurat kepada orang Kristen, orang-orang yang sudah dibenarkan karena iman. Apa yang terjadi kalau kita memberikan hukum Taurat kepada orang benar? Apa yang terjadi?

Roma 7:15-20: 15Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat. 16Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. 17Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. 18Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. 19Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. 20Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Kita semua pasti pernah mengalami apa yang Paulus alami. Hukum Taurat baik, benar dan kudus, hukum Taurat dirancang bukan untuk orang benar tetapi dirancang untuk orang berdosa, untuk membuat mereka merasa berdosa dan terhilang. Terkadang orang harus merasa berdosa dan terhilang terlebih dahulu baru bisa diselamatkan.

Kalau seseorang berkata, “Hidup saya baik-baik, saya tidak seperti mafia atau teroris. Saya hanya merokok, merokok tidak dosa, tidak ada dalam hukum Taurat. Saya tidak mengganggu orang lain, terus Anda mengatakan saya orang berdosa, apa pasalnya?” Kalau kita bertemu orang yang demikian, apa yang kita lakukan? Gunakan hukum Taurat.

“Apakah kamu pernah berzinah? “Tidak pernahlah, saya tidak pernah tidur dengan wanita lain.” “Apakah kamu pernah membayangkan wanita lain?” “Tapi kan saya tidak tidur.” Yesus yang berkata, “Jika kamu melihat wanita lain dan menginginkannya kamu sudah berzinah.” Kita menggunakan hukum Taurat untuk menunjukkan kekurangannya, karena orang tersebut mengatakan dia tidak berdosa. Ini gunanya hukum Taurat.

Hukum Taurat bukan untuk orang benar, bukan untuk orang yang dibenarkan karena iman, tetapi untuk orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa. Tetapi banyak orang yang berkata, “Kalau tidak ada hukum Taurat nanti orang bisa hidup seenak-enaknya berbuat dosa, kalau tidak ada hukum Taurat nanti orang hidupnya jadi tidak kudus.”

Pertanyaannya bagaimana dengan pengudusan, kita dikuduskan karena iman atau karena perbuatan? Banyak orang yang berkata, “Karena perbuatan, atau setengah-setengah, iman dan perbuatan.” Tidak. Ini masalahnya kenapa kita tidak banyak melihat kesaksian orang dimerdekakan. Pembenaran dan pengudusan kita adalah karena iman. Kalau kita percaya kita dibenarkan dan dikuduskan karena iman, kita akan hidup dan berkuasa.

Jadi Roma 7 adalah pengalaman Paulus waktu Paulus hidup di bawah hukum Taurat. Seharusnya orang Kristen tidak lagi memiliki hidup seperti ini, seharusnya orang Kristen memiliki hidup yang berkemenangan seperti yang ada di pasal berikutnya Roma 8, hidup oleh Roh.

Kalau kita baca dari awal Roma 7, Paulus menjelaskan kepada orang Yahudi tentang hidup di bawah hukum Taurat dengan perumpamaan hubungan antara suami dan istri. Selama suaminya hidup, isterinya terikat kepada suaminya, isterinya dianggap berzinah jika menjadi isteri laki-laki lain. Apabila suaminya mati, bebaslah istrinya dari hukum yang mengikat, sehingga ia tidak berzinah jika menjadi istri laki-laki lain.

Roma 7:4: 4Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. Di sini Paulus memberikan ilustrasi yang luar biasa kemudian menjelaskan aplikasinya. Ini aplikasinya: “Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.” Kalau orang bertanya, “Kenapa kamu tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat?” Jawab pakai ayat ini, “Saya sudah mati bagi hukum Taurat dan sekarang saya sudah menjadi milik Kristus.”

Roma 7:5: 5Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut. Apa artinya ‘hidup di dalam daging’? Selanjutnya dikatakan, “Hawa nafsu dosa dirangsang oleh hukum Taurat.” Ketika hukum Taurat melarang, kita justru dirangsang mau melakukan. Ada pintu di sana, ada tulisan: “Jangan dibuka! Rahasia.” Justru kita penasaran mau buka.

Jadi hawa nafsu dosa dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah, buah apa yang dihasilkan? Agar kita berbuah bagi maut. Jadi sangat jelas sekali hukum Taurat tidak bisa membuat orang jadi kudus, justru hukum Taurat merangsang hawa nafsu dosa bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita. Kekudusan kita bukan karena hukum Taurat tetapi karena iman.

Waktu Petrus berkhotbah di rumah Kornelius, Petrus berkata, “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya. Alkitab mengatakan ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu, dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah.

Dua belas tahun kemudian sejak peristiwa di rumah Kornelius, ada sidang di Yerusalem, para rasul-rasul berkumpul mengadakan sidang karena mereka mendengar bangsa-bangsa lain juga menerima firman Allah dan mereka diselamatkan. Mereka mengadakan sidang supaya mereka juga disunat dan wajib menuruti hukum Taurat.

Kemudian dalam sidang itu Petrus berdiri dan menjelaskan, Kisah Para Rasul 15:7-9: 7Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: “Hai, saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. 8Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, 9dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Di sini dikatakan, “Sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka.” Dengan kata lain, Allah mengaruniakan Roh Kudus sesudah Ia menyucikan hati kita oleh iman. Jadi hati kita disucikan oleh iman. Bukan oleh perbuatan.

Yesus pernah berkata, “Berbahagialah mereka yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Bagaimana kita bisa menyucikan hati kita? Dengan iman, percaya kepada Yesus. Kalau kita kembali kepada kejadian di rumah Kornelius, ketika Petrus berkhotbah tentang kasih karunia, waktu mereka percaya kepada Yesus, itulah saatnya hati mereka disucikan oleh iman, kemudian Roh Kudus dikaruniakan kepada mereka.

Banyak orang berkata, “Berbahaya kalau mendengar khotbah kasih karunia, karena orang akan semakin enak berbuat dosa.” Bahayanya di mana? Ketika Petrus khotbah kasih karunia, justru hati mereka disucikan. Apakah berbahaya kalau kita mendengar khotbah kasih karunia, karena hati kita akan disucikan?

Selanjutnya, Kisah Para Rasul 15:10-11: 10Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? 11Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.” Petrus berkata dalam sidang di Yerusalem, “Mengapa kamu mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, hukum Taurat, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?” Dua ribu tahun yang lalu sidang di Yerusalem sudah memutuskan dan menetapkan, ini zaman gereja mula-mula.

Kenapa Gereja di zaman akhir mau mengembalikan hukum Taurat, meletakkan kuk pada tengkuk jemaat yang jelas-jelas tidak dapat dipikul, ini sama halnya dengan mencobai Allah. Kalau demikian, mengapa kamu mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?

Di dalam perjanjian lama Allah menuntut kebenaran dari kita, kita harus berbuat benar baru disebut sebagai orang benar. Di dalam perjanjian baru Allah menyelamatkan kita, mengampuni semua dosa dan memberikan kebenaran kepada kita, hasilnya buah-buah yang baik yaitu perbuatan baik akan muncul. Jangan campur aduk antara perjanjian lama dan perjanjian baru.

Efesus 2:8-10: 8Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 10Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Karena apa kita diselamatkan? Karena kasih karunia. Oleh apa kita diselamatkan? Oleh iman. Selanjutnya untuk apa kita diselamatkan? Untuk melakukan pekerjaan yang baik, ini buahnya.

Kembali ke Roma, Roma 7:6: 6Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat. Sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sekarang sudah mati bagi hukum Taurat.

Jangan hidup di bawah hukum Taurat, hidup di bawah kasih karunia, hidup oleh Roh, dengarkan Roh yang ada di dalam kita. Kalau kita mendengarkan yang di dalam kita, maka kita akan merasakan damai sejahtera. Selama kita taat kepada Roh, kita akan damai sejahtera, ini caranya kita hidup oleh Roh. Paulus berkata bahwa kalau kita hidup di bawah hukum Taurat, hawa nafsu dosa akan muncul dan kita berbuah bagi maut.

Kalau kita berbicara kasih karunia, dan orang lain berkata, “Oh, dia mengajarkan begini begitu, orang tersebut menghambat Injil. Alasannya kenapa iblis menghambat Injil kasih karunia? Supaya jangan ada orang yang berbuah bagi Allah, tetapi berbuah bagi maut. ‘Maut’ di sini termasuk sakit penyakit karena sakit penyakit merupakan awal dari kematian.

Kita harus memiliki hidup yang berkemenangan, bukan berbuah bagi maut, miskin, bangkrut, sakit-sakitan. Jangan lagi hidup di bawah hukum Taurat, kita sudah mati bagi hukum Taurat, sekarang kita menjadi milik Kristus, hidup di bawah kasih karunia supaya kita berbuah bagi Allah dan memiliki hidup yang berkemenangan dan melihat Allah menyatakan kebaikan-kebaikan-Nya di dalam hidup kita.