KUASA DARI IMAN YANG TIDAK SEMPURA

KSW_0965.JPG

Hari ini kita akan belajar tentang iman yang tidak sempurna. Ketika iman kita lemah, ketika kita memiliki keragu-raguan waktu kita datang pada Tuhan, biasanya kita tidak memberitahukan kepada orang lain. Kita menyadari keragu-raguan kita, kita menyadari ketidakpercayaan kita, sehingga kita mengatakan, “Apakah semuanya ini menyebabkan saya tidak menerima jawaban dari Tuhan? Apakah semuanya ini akan menyebabkan Tuhan tidak mendengarkan saya?” Kita percaya tetapi juga ragu-ragu, betul?

Seberapa banyak di antara kita yang pernah mengalami hal yang demikian, kita percaya tetapi kita juga ragu-ragu? Tuhan tolong catat yang tunjuk tangan. Kalau kita pernah mengalami hal yang demikian, artinya pelajaran hari ini buat kita.

Kita lihat Roma 4:1-5: 1Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? 2Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak dihadapan Allah. 3Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” 4Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. 5Tetapi kalau ada orang yang bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Di ayat yang ke-5 dikatakan, “Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.” Allah membenarkan orang durhaka, apa dasarnya?

Allah adalah Allah yang kudus, kekudusan-Nya tidak bercacat, tidak bercela, bagaimana mungkin Allah yang demikian bisa membenarkan orang durhaka? Pasti ada dasar yang benar yang telah Allah lakukan, dan dasarnya adalah kayu salib. Jadi kalau kita percaya pada apa yang Yesus sudah kerjakan, yang sudah Yesus selesaikan buat kita sehingga apa yang Yesus kerjakan menjadikan kita orang benar, maka iman kita diperhitungkan menjadi kebenaran.

Kalau begitu iman yang bagaimana, yang diperhitungkan sebagai kebenaran? Iman yang percaya pada apa yang Allah katakan tentang Anak-Nya. Allah berkata bahwa Anak-Nya sudah menggantikan posisi kita, kalau kita berkata, “Amen”, kita sedang melepaskan iman kita, dan iman kita diperhitungkan menjadi kebenaran.

Jadi, iman yang bagaimana yang diperhitungkan menjadi kebenaran? Iman yang percaya bahwa Allah membenarkan orang durhaka. Tetapi kebanyakan gereja memberitahukan bahwa Allah hanya membenarkan orang-orang yang berbuat baik, Allah hanya membenarkan orang-orang yang berbuat benar.

Gereja tidak pernah memberitahukan kabar baik ini, bahwa sesungguhnya sekarang Allah membenarkan orang-orang durhaka. Kalau hari ini kita percaya dan berkata, “Tuhan, aku bersyukur, darah Anak-Mu menguduskan dan membenarkan aku, Engkau memberikan Anak-Mu dihancurkan, diremukkan supaya oleh bilur-bilur-Nya semua penyakitku disembuhkan, Engkau memberikan Anak-Mu menggantikan posisiku di atas kayu salib menerima semua penghukuman supaya hari ini aku yang percaya kepada-Mu tidak lagi dihukum melainkan menerima kasih karunia berlimpah dari sorga”, maka iman kita diperhitungkan menjadi kebenaran.

Hari ini kita akan melihat dan sama-sama belajar kembali dari kehidupan Abraham. Kita lihat firman Tuhan dari Kejadian 17:1: 1Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: “Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. 2Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.” Di sini Allah berkata, “Akulah Allah Yang Mahakuasa”, kita perhatikan baik-baik, ini pertama kalinya Allah menyatakan diri-Nya; “Akulah Allah Yang Mahakuasa”, bahasa aslinya: “El Shadai, I AM THE POWERFUL ONE.”

Ayat 3-5: 3Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: 4”Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. 5Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Jadi Tuhan mengubah nama Abram, dari Abram menjadi Abraham, di dalam bahasa aslinya, hanya ditambahkan satu huruf yaitu huruf he.

Kalau kita perhatikan, setiap kali kita menyebut huruf he, maka kita seperti menghembuskan nafas. Allah membuat manusia dari debu tanah, tidak ada kehidupan, kemudian Allah menghembuskan nafas, he, setelah itu debu tanah menjadi mahluk hidup. Kita hidup karena nafas Allah, he.

Dan kita perlu mengerti bahwa seluruh abjad Ibrani adalah juga angka-angka. Mereka tidak punya angka-angka seperti di dalam bahasa Inggris, one, two, three, atau seperti di dalam bahasa Indonesia, satu, dua, tiga. Jadi di dalam abjad Ibrani, abjad atau huruf-hurufnya juga merupakan angka. Dan huruf he adalah angka 5, karena huruf he adalah abjad ke-5. Angka 5 adalah angka kasih karunia.

Allah mengubah namanya Abram menjadi Abraham. Abram artinya father of altitude. Tuhan tambahkan huruf he, Allah memberikan kasih karunia, menjadi Abraham, artinya father of multitude. Sebagai Abram, dia tidak bisa punya anak. Tetapi setelah Tuhan memberikan kasih karunia, Abraham bukan hanya bisa punya anak tetapi menjadi bapa banyak bangsa.

Ayat 15-16: 15Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: “Tentang istrimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. 16Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.” Di sini Allah mengubah nama Sarai, dari Sarai yang artinya dominioring women, wanita yang dominan. Jadi Sarai adalah wanita yang dominan. Masih ingat ketika Sarai berkata kepada Abram, “Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak, karena itu baiklah hampiri hambaku itu, mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Alkitab mengatakan, “Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai”, kenapa? Karena Sarai dominan.

Allah mengubah namanya Sarai menjadi Sara, dalam bahasa aslinya, Sara, ada ‘h’ di belakang, dengan kata lain Allah menghilangkan huruf ‘I’ nya, kemudian Allah kembali menambahkan huruf ‘he’, Sarah, artinya princess, putri. Tahukah setelah Tuhan mengubah nama mereka, satu tahun kemudian Ishak lahir. Janji yang mereka tunggu selama sembilan puluh sembilan tahun, tergenapi dalam satu tahun setelah kasih karunia Tuhan dinyatakan.

Sarai diubah jadi Sarah, artinya Allah membuang huruf ‘i’, dalam bahasa Ibrani adalah huruf yud. Kemudian Allah tambahkan huruf ‘h’ dalam bahasa Ibrani adalah huruf he. Sebagaimana yang tadi disampaikan bahwa semua huruf Ibrani adalah juga angka-angka. Huruf yud adalah angka 10, karena yud adalah huruf ke-10, angka 10 berbicara tentang hukum Taurat. Huruf he adalah angka 5, karena huruf he adalah huruf ke-5, angka 5 berbicara tentang kasih karunia.

Huruf-huruf di dalam abjad Ibrani bukan hanya merupakan angka-angka, tetapi setiap huruf punya lambang. Yud, angka 10, lambangnya tangan, berbicara tentang kekuatan manusia. Jadi singkirkan hukum Taurat dari hidup kita, jangan lagi mengandalkan kekuatan kita, mulai hari ini minta kasih karunia Tuhan, ketika kasih karunia turun atas kita, maka kita akan berbuah banyak.

Kembali ke Sara, ayat 16: 16Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.” Di sini dikatakan, “Raja-raja bangsa-bangsa akan lahir daripadanya.” Kita harus mengerti, setiap kali kasih karunia turun atas kita maka kita akan memiliki sifat seperti seorang raja, berkuasa. Itu sebabnya Alkitab mengatakan, “Maka lebih benar lagi mereka, yaitu kita, yang menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, kita akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

Ayat 17: 17Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?” Allah menampakkan diri di hadapan Abraham, Allah menyatakan diri sebagai “Akulah Allah Yang Mahakuasa”, Allah memberikan janji, tetapi setelah Abraham mendengarkan janji Allah, kenapa Abraham tertunduk dan tertawa?

Kenapa Abraham tertunduk dan tertawa serta berkata dalam hatinya, “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?” Kenapa?

Ayat 18: 18Dan Abraham berkata kepada Allah: “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!” Di sini kita bisa melihat, Abraham tertawa dan sekarang Abraham mulai mengalihkan perhatiannya kepada anaknya yang lain, Abraham mulai fokus kepada anak yang lain, yaitu Ismael, kalau halnya demikian apa yang bisa kita katakan tentang Abraham? Dalam hal ini "imannya lemah".

Tetapi kalau saudara lihat kembali Roma 4, Roma 4:17-22: 17seperti ada tertulis: “Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa” – di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. 18Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” 19Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. 20Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, 21dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. 22Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Di sini dikatakan bahwa iman Abraham tidak menjadi lemah, sehingga banyak orang berkata, “Lihat Abraham, imannya begitu kuat”, tetapi kalau kita tadi membaca cerita yang sebenarnya, Abraham tertunduk dan tertawa, bahkan Abraham merekomendasikan Ismael. Jadi apa yang sesungguhnya terjadi?

Lihat Sara, Ibrani 11:11-12: 11Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. 12Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. Wow, imannya Sara luar biasa, walaupun usianya sudah lewat, karena Sara menganggap bahwa Allah yang memberi janji itu setia.

Tetapi kalau kita melihat kembali cerita yang sesungguhnya apa yang terjadi dengan Sara, lihat Kejadian 18:10-15: 10Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.” Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya. 11Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid. 12Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: “Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?” 13Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: “Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua? 14Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk TUHAN? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki.” 15Lalu Sara menyangkal, katanya: “Aku tidak tertawa,” sebab ia takut; tetapi TUHAN berfirman: “Tidak, memang engkau tertawa!” Di sini diceritakan pada suatu hari Allah mengunjungi Abraham, pada saat itu Abraham sedang duduk di pintu kemahnya, sedang Sara sedang ada di dalam kemah, sambil nguping. Ini yang suka dilakukan wanita zaman sekarang. Alkitab mengatakan bahwa Abraham dan Sara sudah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid.

Setelah Tuhan berkata bahwa tahun depan Sara akan melahirkan seorang anak laki-laki, Alkitab menceritakan bahwa Sara tertawa dalam hatinya, katanya, “Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?” Sara tertawa, sekali lagi apa yang bisa kita katakan tentang Sara? Imannya juga lemah. Padahal tadi di kitab Ibrani, jelas dikatakan, “Karena iman ia dan juga Sara.” Kenapa halnya demikian? Ini yang namanya kebenaran karena iman.

Kembali ke Roma 4, Roma 4:6-8: 6Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: 7”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; 8berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.” Di sini dikatakan seperti juga Daud mengatakan, “Berbahagialah orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya”, sesungguhnya Daud sedang berbicara tentang siapa? Kita. Daud berkata, “Berbahagialah orang yang dibenarkan bukan berdasarkan perbuatannya, bukan berdasarkan kinerjanya”, tidak ada hubungannya dengan perbuatan kita, kita hanya menerima.

Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya. Artinya pelanggaran-pelanggaran kita, dosa-dosa kita, dulu, sekarang dan yang akan datang sudah diampuni. Sehingga mulai sekarang Tuhan tidak memperhitungkan kesalahan kita. Jadi ada dua berkat di sini, yang pertama dosa kita diampuni, yang kedua dosa kita tidak pernah diperhitungkan.

Dengan kata lain, ketika kita jatuh, ketika kita gagal, ketika kita berdosa, positif , Tuhan tidak akan memperhitungkan kejatuhan kita, Tuhan tidak memperhitungkan kegagalan kita, dan Tuhan tidak memperhitungkan dosa dan pelanggaran kita. Mungkin orang akan berkata, “Bagaimana mungkin, Allah adalah Allah yang kudus.”

Karena Allah adalah Allah yang kudus, maka Allah pasti menghukum semua dosa kita, tapi tidak di tubuh kita, tetapi di tubuh-Nya Yesus. Itu sebabnya karena sekarang kita percaya pada Yesus, maka Allah positif, pasti, tidak akan memperhitungkan pelanggaran kita.

Apa yang mau disampaikan kepada kita; Apakah ragu-ragu, tidak percaya adalah dosa? Ya. Setiap kali kita datang kepada Tuhan dengan keragu-raguan, misalnya waktu perjamuan kudus, memakai minyak urapan, kita memiliki iman di hati kita, tetapi ada keragu-raguan di otak kita, kita tetap makan, kita tetap pakai minyaknya, tetapi ada keraguan, sembuh tidak, sembuh tidak.

Maka seperti perempuan yang pendarahan dua belas tahun, perempuan ini datang kepada Yesus dengan ketakutan, dia hanya jamah jubah-Nya Yesus dari belakang di tengah kerumunan banyak orang, dia memiliki iman yang tidak sempurna. Kita masih ingat orang yang sakit kusta, orang yang sakit kusta datang kepada Yesus, berdiri di depan Yesus minta disembuhkan. Perempuan ini, Yesus sudah melewati perempuan ini, di tengah-tengah kerumunan orang banyak, perempuan ini menjamah jubah-Nya Yesus dari belakang, sangat berbeda.

Perempuan ini menjamah dengan ketakutan, lagipula tangannya pasti kurus, pendarahan dua belas tahun, yang perempuan ini bisa lakukan mungkin hanya menjamah, mungkin waktu dia angkat tangannya juga tidak bisa tinggi-tinggi, itu sebabnya mungkin dia hanya menjamah bagian bawah jubah-Nya Yesus.

Tetapi satu hal yang kita perlu tahu tentang Yesus; Yesus adalah Penyelamat yang luar biasa. Tuhan tidak berkata kepada perempuan ini, “Hei perempuan, memangnya kamu pikir jubah Saya punya kuasa bisa sembuhin kamu apa? Karena kamu hanya sentuh jubah Saya, sorry kamu tidak akan sembuh.” Tuhan Yesus tidak pernah berkata demikian.

Tetapi inilah Tuhan Yesus kita, “Karena kamu percaya kalau menyentuh jubah-Ku kamu sembuh, maka karena kamu telah menyentuh jubah-Ku maka kamu sembuh.” Tuhan selalu turun ke level iman kita. Inilah Tuhan kita. Bagaimanapun iman kita hari ini, terjadilah pada kita sesuai dengan iman kita.

Jangan biarkan orang berkata pada kita, “Kalau kamu ragu-ragu datang pada Tuhan, kamu tidak akan sembuh.” Sekalipun hati kita percaya, otak kita ragu-ragu, tetap datang pada Tuhan. Ketika kita datang dengan iman dan keragu-raguan, ingat Abraham dan Sara, setiap kali Abraham dan Sara tertawa, ragu-ragu, Alkitab tidak pernah mencatat, tetapi ketika Abraham dan Sara percaya, Alkitab mencatat. Itu sebabnya, sekalipun iman ada di hati kita, keragu-raguan ada di kepala kita, tetap datang pada Tuhan, maka Tuhan akan mengampuni keragu-raguan kita, dan Tuhan akan menjawab iman kita.